• Beranda
  • Artikel
  • Pendidikan Bermutu di SD Muhammadiyah Rawa Sugi Kab. Sorong
Pendidikan Bermutu di SD Muhammadiyah Rawa Sugi Kab. Sorong

Pendidikan Bermutu di SD Muhammadiyah Rawa Sugi Kab. Sorong

Pendidikan Bermutu di SD Muhammadiyah Rawa Sugi Kab. Sorong

Abdul Hafid

(Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia UNIMUDA Sorong)

Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam setiap kehidupan masyarakat. Di dalam hidup bermasyarakat, manusia dituntut untuk menjadi seorang individu yang berbudaya. Individu yang berbudaya itulah yang membedakan manusia satu dengan manusia yang lain. Manusia sekarang ini memerlukan budaya sebagai sebuah kebutuhan yang mendesak untuk segera dipenuhi. Selain itu, manusia memiliki kebudayaan, memerlukan pula unsur pendidikan. Unsur pendidikan menempati posisi yang tidak kalah penting dibandingkan dengan unsur-unsur lain seperti ekonomi, sosial dan politik. Karena pentingnya unsur pendidikan tersebut, negara mengamanatkan  dalam UUD 1945 Bab XII Pasal 3 ayat 1 setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 1 Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Salah satu provinsi dengan mutu pendidikan yang rendah di Indonesia adalah Povinsi Papua Barat. Hal ini dibuktikan dengan hasil Sensus dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 menempatkan Provinsi Papua Barat diurutan kedua IPM paling rendah secara nasional (63.74), sangat jauh dari IPM nasional yang mencapai 71.03. Tentunya ini sebuah masalah yang sangat serius yang harus direspon secara cepat oleh semua pihak, karena provinsi ini adalah provinsi dengan otonomi khusus, dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kondisi ini berbanding terbalik dengan provinsi lain di Indonesia yang sudah berbicara tentang Revolusi 4.0, bahkan negara lain sudah berbicara tentang revolusi 5.0, tetapi provinsi ini masih berbicara tentang kebutuhan dasar pendidikan.

Kelompok mitra Sekolah Dasar Muhammadiyah Rawa Sugi, adalah salah satu sekolah yang didirikan sebagai respon Peryarikatan Muhammadiyah, khususnya Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sorong, untuk perbaikan mutu pendidikan di Kabupaten Sorong. Sekolah ini berada jauh di dalam pelosok Kabupaten Sorong, dengan kondisi sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sekolah ini beralamat di Kampung Rawa Sugi, Distrik Salawati, Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Sekolah ini berada sekitar satu koma lima kilo meter dari perkampungan penduduk dengan kondisi jalan yang sangat rusak.    

Permasalahan utama yang dihadapi oleh sekolah mitra adalah kurangnya minat siswa untuk belajar, salah satu faktornya adalah karena pembelajaran yang bersifat tekstual, tidak kontekstual dan fungsional. Di sekolah ini praktis tidak ada media pembelajaran, karena letak sekolah yang berada di pelosok Kabupaten Sorong. Kemudian anggapan guru bahwa media pembelajaran itu harus bersifat modern, padahal media pembelajaran dapat dibuat melalui inovasi-inovasi kreatif yang memanfaatkan alam, barang bekas, alat dan bahan yang mudah dijangkau oleh guru. Kondisi ini diperparah lagi, karena di Sekolah SD Muhammadiyah Rawa Sugi belum memiliki sarana dasar seperti computer dan printer. Apabila sekolah  menggandakan berkas-berkas penting sekolah harus pergi print di Kampung Majener yang jaraknya lebih kurang sepuluh kilo meter dari SD Muhammadiyah Rawa Sugi. Ini adalah sebuah kenyataan yang harus dihadapi oleh guru-guru di SD Muhammadiyah Rawa Sugi. Kondisi ini dibuktikan oleh Pengusul ketika mengantarkan surat kesediaan kerja sama, karena ada kesalahan redaksi surat pengusul harus mencari tempat print sejauh 5 kilo meter dari sekolah. Dari segi sarana dan prasarana sekolah SD Muhammadiyah Rawa Sugi memiliki tiga ruangan kelas. Rauang kelas pertama adalah ruangan kelas lima dan kelas empat (digabung dalam satu ruangan), ruangan kelas kedua adalah ruangan untuk kelas tiga dan kelas dua (digabung dalam satu ruangan), ruangan kelas yang ketiga adalah ruangan untuk kelas satu dan kantor (digabung dalam satu ruangan).

Permasalah lain yang dihadapi di sekolah ini adalah kurangnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi anak, karena mayoritas orang tua di Kampung Rawa Sugi adalah penduduk trasmigrasi. Padahal menurut Furkan (2013:107), lingkungan masyarakat harus dapat membangun nuansa pendidikan pada anak atau generasi muda. Lingkungan masyarakat memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan anak atau generasi muda sehingga komponen yang ada dalam masyarakat harus mengetahui pentingnya pendidikan agar tercipta lingkungan yang peduli terhadap pendidikan  anak.. Guru mengalami dilema, untuk meminta sumbangan kepada orang tua, supaya dapat membeli media pembelajaran untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, karena anggapan orang tua bahwa sekolah sudah mendapatkan dana bantuan operasional sekolah. Padahal dana itu digunakan untuk memenuhi gaji guru dan fasilitas dasar yang bersifat operasional. Padahal pengadaan media pembelajaran membutuhkan anggran yang besar. Di sisi lain keberadaan media pembelajaran adalah suatu hal mutlak ada, yang harus disiapkan sebelum guru memulai kegiatan pembelajaran. Persiapan mengajar merupakan langkah awal yang harus dimiliki guru dan sebagai muara dari segala pengetahuan teori, keterampilan dasar dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pembelajaran (Ahmadi, 2011: 163). Persiapan mengajar yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah termasuk persiapan media pembelajaran.

Selain itu, permasalahan yang dihadapi oleh SD Muhammadiyah Rawa Sugi adalah adminstrasi sekolah yang tidak terarsip dengan baik. Padalah salah satu point penting dalam penilaian akreditasi sekolah adalah dokumen atau arsip. Salah satu contoh di SD Muhammadiyah Rawa Sugi belum membuat buku pengarsipan surat masuk dan keluar, atau buku tamu, padahal pengarsipan tersebut adalah pengarsipan yang sangat dasar. Selanjutnya sistematika dan penulisan surat yang belum sesuasi dengan pedoman penulisan surat yang benar. SD Muhammadiyah Rawa Sugi belum terakreditasi, padahal pada tahun ini angkatan siswa di sekolah di sudah ada yang kelas V. Tuntutan akreditasi sekolah yang harus dilaksnakan oleh sekolah ditidak diimbangi oleh pemahaman guru tentang prosedur akreditasi sekolah, termasuk apa saja yang harus disiapkan oleh sekolah.

Selanjutnya kondisi pandemi Covid-19, yang tidak menungkinkan pembelajaran tatap muka, sehingga guru harus memililki strategi yang baru untuk menyampaikan pembelajaran. Belum lagi kondisi ekonomi guru yang semakin sulit, karena terbatasnya ruang gerak guru. Di tengah berbagai macam persoalan yang dihadapi oleh SD Muhammadiyah Rawa Sugi, ada semangat, spririt, keyakinan, dan keihlansan yang terpancar dari wajah-wajah para guru di SD Muhammadiyah Rawa Sugi yang semuanya merupakan guru honorer untuk mendidik generasi muda penerus bangsa di tengah pelosok Kabupaten Sorong. Guru SD Muhammadiyah Rawa Sugi masih sangat jauh dari kata sejahtera, karena gaji bagi guru di sekolah ini adalah sesuatu yang tidak menentu. Bahkan guru di sekolah ini lebih mendahulukan membelikan seragam untuk siswa-siswanya dibandingkan dengan menerima gaji. Sehinga praktis untuk membiayai kehidupan sehari-hari, guru harus bekerja sampingan.