Potensi Geohazard Terhadap Pipeline Dengan Flow Diagram Analysis di LNG Tangguh Bintuni
Potensi Geohazard Terhadap Pipeline Dengan Flow Diagram Analysis di LNG Tangguh Bintuni
Oleh: Elton Mendi, Restu Hasanah, Ummu Musfika, Indar Basma, Nita Indriani
(Program Studi Teknik Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong)
Energi dalam kebutuhan sehari-hari merupakan hal yang tidak bisa pisahkan, khususnya minyak dan gas. Minyak bumi dan gas atau yang sering disebut petroleum merupakan sumber utama energi dunia sehingga tidak heran bahwa kebutuhan akan energi ini terus meningkat. Industri migas mencakup beberapa kegiatan yang terdiri dari eksplorasi,ekstrasi,produksi atau pengolahan dan transportasi. Eksplorasi minyak bumi tidak hanya dilakukan di daerah daratan (onshore),karena keterbatasan sumber daya maka industri migas juga melakukan eksplorasi pada daerah lepas pantai (offshore). Sehingga saat ini umumnya transportasi minyak dan gas menggunakan pipa bawah laut.
Proyek LNG (Liquefied Natural Gas) BP Tangguh yang terletak di wilayah timur tepatnya distrik Teluk Bintuni dalam Provinsi Papua Barat,dengan lokasi utama di Pesisir selatan Teluk Berau, sebelah selatan semenanjung ‘Kepala Burung’ Papua Barat dengan luas daerah meliputi 18.658,00 km2 dengan penduduk sebanyak 48.079 orang.
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Balai Wilayah V Papua memberikan satu analisa bahwa Kabupaten Teluk Bintuni dan sekitarnya adalah daerah yang memiliki potensi yang sangat tinggi akan terjadinya gempa bumi,karena provinsi ini terletak pada pertemuan dua lempengan kerak bumi ,yaitu lempeng Pasifik yang bergerak ke arah Barat dan lempengan Samudera Indonesia-Australia-Papua yang bergerak relatif ke arah Utara. Akibat pertemuan lempengan tersebut banyak terjadi lipatan pegunungan dan patahan di daerah Kabupaten Teluk Bintuni Patahan tersebut merupakan patahan (sesar) aktif dan merupakan zona sumber gempa bumi di wilayah Kabupaten Teluk Bintuni. Akibat hal tersebut,Kabupaten Teluk Bintuni merupakan kawasan yang rawan gempa bumi.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terdapat 59 kali gempa bumi terjadi sejak awal tahun 2021. Menurut Ruslan Gautama Suganda (Advisor Process & Facility III,UTC) dalam bisnis minyak bumi dan panas bumi,serangkaian peristiwa alam yang disebabkan oleh kondisi geologi atau proses-proses geodinamik,yang membutuhkan penanganan serius karena dapat berkembang menjadi bencana alam (geo-disaster) yang dapat menimbulkan kerugian material, psikologis, social dan lingkungan, bahkan sampai korban jiwa dikenal dengan geohazard.
Jalur jaringan perpipaan Proyek Pengembangan Tangguh LNG dibagi menjadi tiga bagian yaitu jaringan perpipaan lepas pantai,jaringan perpipaan dekat pantai (Shore Approach),dengan alternatif metode Pembuatan parit dan penarikan ke darat (Trecing and Shore Pull) dan Pengeboran horizontal/Horizontal Directional Drilling (HDD) serta Jaringan perpipaan di darat.
Bahan-bahan yang digunakan untuk perpipaan adalah Corrosion Resistant Alloy (CRA) dengan diameter bervariasi antara 16-24”.Perpipaan CRA akan mengangkut aliran sumur multifase ke darat dengan kandungan CO2 tinggi dalam suhu tinggi dan uap air yang membuat cairan menjadi sangat korosif. CRA yang digunakan dirancang digunakan untuk mengurangi korosi selama masa guna instalasi.
Berdasarkan faktor penyebab terjadinya,yaitu internal dan eksternal. Dimana faktor internal disebabkan oleh umur,ketebalan dan korosi pipa. Lalu faktor eksternal disebabkan oleh lingkungan sekitar. Salah satu contohnya ialah akibat dari pengaruh gempa,banyak sekali kegagalan pada pipa yang mungkinn terjadi seperti yang ditulis dalam DNV OS-F-101 yaitu local buckling dan collapse akibat pergerakan permukaan dari seabed,kegagalan dari gravel supports,terjadinya ancaman mud-slides pada pipa.
Geohazard dapat dilakukan dengan mengelola dan menggunakan kombinasi praktik industri dan pendekatan berbasis risiko untuk memprioritaskan upaya investigation, design, monitoring dan mitigasi. Metode untuk memperkirakan frekuensi kegagalan dan risiko pipa. Pendekatan untuk memperkirakan frekuensi kegagalan meliputi analisis data operasional dan data riwayat,kesalahan dan analisis pohon kejadian,pemodelan matematika,pertimbangan dari pengalaman dan memenuhi syarat personil teknik dan operasional,berdasarkan kondisi yang diketahui.