Mahasiswa perantau-Juleita sauhoka
Editor: Ayu Sri Kusmawati, M.Pd.
Bermula ketika aku mencalonkan diri sebagai mahasiswa baru atau masa Taruf di salah satu perguruan tinggi ternama di PAPUA yang biasa disebut kota Minyak tahukah kalian kota apa itu? Jauh dari angan-anganku untuk kuliah disana. Mungkin ini yang dinamakan takdir atau jodoh atau memang ini awal kesuksesan aku untuk menuntut ilmu di kota itu. Kota itu bernama kota “SORONG”. Sedikit cerita dulu sebenarnya aku gak pengen kuliah di daerah tersebut. Awalnya hanya coba-coba saja. Aku berharapnya tidak diterima dan ternyata apa daya aku diterima di STKIP MUHAMMADIYAH SORONG tersebut.
nama kampusku biasa di singkat STKIP MUHAMMMADIYAH SORONG, yang artinya: Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Sorong . aku harus bangga atau harus sedih semua perasaan itu campur aduk. Tapi keren juga ko. di saat itu aku masih sibuk sana sini mengurus persyaratan,setelah itu akupun mengikuti tes buat masuk ke kampus STKIP Dan pada akhirnya Aku jalani saja dan syukurlah, dengan diterimanya aku di Kampus tersebut berarti mengharuskan aku jadi “Mahasiswa Rantau”.kayanya aku harus bisa jadi anak rantau? Rasanya berat sekali harus merantau. Yang biasanya apa-apa ada orang tua sekarang aku harus hidup sendiri sehinggga hidup mandiri ,,,
Pertama waktu mengikuti masa taruf, atau disebut juga matras aku jalani semua dengan senang hati, dan aku tidak mau telat ke kampus karena biasanya bagi kita yang terlambat diberi hukuman dari panitia matras sehingga aku tak telat ke kampus .aku takut mendapat hukuman, suasana matras membuatku mendapat pengalaman, ilmu , motivasi , dan mengenal banyak teman dari berbagai daerah , suku bahkan ras. Sehingga aku menjalini semua dengan suka, duka semua aku jalani karna intinya semua itu adalah masa pengenalan, sama teman-teman yang baru dan kampus. Dan akhirnya aku selasai mengikuti Matras dengan lancer.semua mahasiswa baru yang baru selesai disahkan sebagai mahasiswa STKIP MUHAMMADIYAH SORONG Angkatan XI tahun 2014/2015.
Kamipun di di beri waktu selama 1 minggu untuk registrasi (pembayaran) uang semester dll aku pun membayar semuanya? minggu berikutnya kami mulai aktif mengikuti perkulihan, pertama masuk ruangan akupun baru mengenal satu teman yang satu kelempok denganku pada saat kami mengikuti matras namanya Ardy dan aku dangannya sama-sama prody Bahasa dan Sastra Indonesia.
Dan waktu terus berjalan akhirnya aku juga mengenal semua teman- teman satu jurusan tersebut , tapi aku sangat dekat dengan teman-temanku yaitu ; Mika, Ardi,Viator,dan Rian. ketika berangkat ke kampus aku dan mereka selalu bersama dan membuat tugaspun buat bersama-sama, aku sangat bersykur mimiliki teman-teman baik dan selalu kompak dalam melakukan apa yang berkaitan dengan perkulihan dan saling membantu aku ketika dalam kesulitan mereka selalu memberiku semagat yang tinggi terhapku, karena aku jauh dari kedua orang tua? bahkan sanak saudaraku. Dan banyak sekali kendala yang sering memabuatku putus asa ketika orangtua tidak biasa mengongkosku, karena beban orangtuaku sangat berat, karena orang tuaku bukan saja mengokos aku , dan kakaku yang sedang kuliah di universitas manado maka di situlah aku harus berusaha untuk meringankan beban orang tuaku yaitu dengan cara harus mencari pekerjaan. Aku membuat dan memasukan surat lamaran di mol bahkan di perusahan-perusahan dikota cuman aku tidak di terima, alasan, karena aku anak kuliah. Aku tidak perna putus asa untuk mencari pekerjaan. Akhirnya ada buka lowongan pekerjaan di salah satu perkebunan kelapa sawit adalah PT Hendrison inti persada yang berada di kabupaten sorong alamat jln klamono km 42, aku langsung ke kantornya dan masukan lamaranku dan mereka menerima lamaranku.
Dari bagian penerimaan menyuruku besok pagi kembali ke kantor jam 8:00 untuk interfyu akupun balik ke tempat tinggalku yaitu: (kos-kosan) di aimas setelah itu aku cepat bersiap ke kampus mengikuti perkuliahan akupun uda telat, tapi aku tetap berusaha tuk masuk ruangan, dan akhirnya Dosenpun mengijinkan aku masuk mengikuti perkulihan pada jam tersebut, setelah selesai jam perkuliahan teman-teman menanyakan aku,kata teman aku, kenapa kau tadi tidak ada di rumah kos kau kemana saja tadi..?,
jawab aku tadi mengantar lamaranku di Perusahan kelapa sawit……
setelah itu aku langsung ke kos-kosanku matahari mulai terbenam , aku duduk termenung membayangkan apakah aku bisa diterima menjadi karyawan di perkebunan kelapa sawit tersebut ? karena yang menjadi kendala aku. Aku seorang mahasiswa yang Pasti tidak di terima. Semuanya aku serakan kepada yang Maha Kuasa semua usahaku selama ini..
ke esokan harinya akupun pergi kesana interfyu semuanya berjalan lancar dan akupun di terima di perusahan tersebut sebagai keryawan harian lepas (khl) gaji perbulan Rp 1.900 000 dan mengikuti trening selama 3 bulan baru aku di angkat sebagai karyawan harian tetap (Kht) Dan akupun di beri Tempat tinggal ( perumahan barak) masuk bekerja jam 06: 00 wit pulang bekerja Jam 13:30 wit.
Di perkebunan kelapa sawit aku bekerja sebagai karyawan perawatan aktivitas sehari- hariku adalah tim semprot. Tugas adalah menyemprot hama dan gulma (rumput) yang tumbu di bawah pohon kelapa sawit , Itulah aktifitas aku selama bekerja di perusahan kelapa sawit . syukurlah selama bulan berjalan aku bisa memahami waktu yang begitu cepat aku tau bahwa aku bisa untuk berdikari ( berdiri di bawah kaki sendiri ) menyakut pekerjaan tersebut tidak terggangu dalam proses perkuliaan aku yang berjalan dengan baik ,akupun membagi waktu dalam aktifitas yang di haruskan untuk di jalani. Dan banyak permasalahan yang aku dapat disana
Sesuatu yang ada dalam diri aku itu sangat bertantangan dalam berbagai macam rintanggan ,hambatan yang berat yaitu pada waktu aku ada di semester 2 perkulihannya pagi akupun hari itu tidak mengikuti kerja bahkan aku juga tidak mengikuti perkulihan dengan baik di sebabkan karena aku baru berkerja dan belum bisa alpa dalam pekerjaan . dan selama tiga bulan dalam masa trening (tahap penilaian) aku terus bekerja walaupun perkulihanku tidak begitu maksimal, aku piker tanpa aku bekerja juga aku tidak mungkin bisa melanjutkan perkulihanku banyak tantangan yang aku hadapi disana baik dalam pekerjaan maupun perkulihan , setiap aku ke kampus yang pasti aku sudah telat mengikuti perkuliahan dan cuaca yang sangat tidak bersahabat , banyak hujan dari pada panas , ketika hujan aku tidak bisa berangkat ke kampus dikarenakan jalan sangat licin sehingga sepeda motor yang aku pake spakbornya ,penuh dengan tanah, yang pasti ban motorpun tidak berputar,
Semenjak aku bekerja waktuku sangat terbatas aku tidak bisa bertemu lagi dengan temanku diluar jam kuliah karna aku harus menempu perjalanan ke tempat kerjaku, aku bisa bertemu dengan mereka di jam perkuliahaan . dan aku sangat berbeda jauh dari teman-temanku karena mereka tinggal bersama orang tua mereka, dan orang tua mereka bisa membiyayai mereka kuliah sedangkan aku jauh dari orang tuaku, dan orang tuaku tidak mampu membiyayai aku.
Cuman aku masih mengingat pesan orang tuaku terhadapku, Kata Bapaku,,,,,Naak Jadilah diri kamu sendiri walau begitu banyak masalah ,jangan cepat untuk menyerah karena hal – hal itu menjadi motifasi dan penggalaman yang baik ambillah hikma dari pada itu. Di benakku jadi anak merantau itu adalah sesuatu kenyataan hidup yang menyeramkan takut sekali aku, jalani semuanya disana sendiri di Tanah orang. Tapi sudahlah aku mau tidak mau, suka tidak suka aku harus dijalani. Kalau belum dijalanin aku tidak akan pernah tau realita seorang merantau mencari uang itu bagaimana. Hidup mandiri di tanah rantau memang ada keunikan tersendiri susah senang harus ditanggung sendiri, tidak banyak melibatkan campur tangan orang tua. aku kuliah atau kerja orang tua tidak akan tahu karena jarak yang memisahkan, sehingga dari situlah pendewasaan sikap harus dimunculkan walau saat itu perkuliahan memang belum sepenuhnya memberikan perubahan maksimal, setidaknya sikap aku dalam keseharian masa perkuliahan yang menjadi tolak kebangkitan aku menyusun masa depan. Karena kebiasaan itu membiasakan aku dan akupun berprinsip bahwa semua itu adalah jalan menuju kesuksesan.
Menjadi mahasiswa rantau yang harus hidup mandiri dan jauh dari orang tua mungkin menurut banyak orang lebih memilih suka dari pada dukanya. Tetapi setelah aku jalani kalau dipertimbangkan tidak jauh lebih beda antara suka dan duka. Walaupun lebih berat dukanya memang menjadi mahasiswa rantau itu sulit.aku merasa perbedaan dalam hati kecil aku , aku merasa hidup lebi nyaman dekat dengan orang tua aku di kampung halaman aku sendiri, lebih baik dari pada hidup di tanah orang .tetapi semua itu aku jalani demi masa depan ataupun cita – cita aku yang lebih baik demi keluarga, aku. untuk hari tua kemudian . yang menjadi jenuh dalam hidup aku saat ini adalah sebagai seorang perantauan aku sebagai orang perantau
hidup sebagai anak perantauYang tadinya di rumah makan sudah disediakan, sedangkan disini harus cari dulu dan beli dulu makanannya kadang harus buat dulu makanannya dan masih banyak lagi dukanya tidak akan selesai kalau dijelasin semuanya?
Taukah kalian? Tugas mahasiswa yang merantau itu sangatlah berat. Dimana di dalam dirinya harus mempunyai yang namanya “Target”. Target harus jelas untuk dituju dimana berada jauh dari orang tua merupakan beban terberat. Namun, itu semua dilakukan demi membanggakan mereka dan yang paling penting adalah selalu bertanggung jawab atas pilihan yang dilakukannya.
Di samping itu harus mencapai target untuk lulus agar tidak membuat orang tua kecewa dan aku pun harus menjaga diri dan harus memilih teman yang pantas aku ikuti atau aku jadikan sebagai acuan untuk motivasi. Intinya Aku pandai-pandailah dalam bergaul jangan sampai salah bergaul apalagi aku hidup di kota orang.
Menjadi seorang mahasiswa rantau harus cari teman sebanyak mungkin, jangan pilih-pilih tidak hanya teman kuliah, anak-anak komunitas, teman kampung pun tidak masalah, masyarakat kampung yang menjadi tetangga aku juga perlu kita dekati. Semakin banyak teman maka ketika kesulitan akan banyak yang membantu aku. Kuliah tidak hanya pintar dalam hal teori tapi aku juga harus menguasai bagaimana cara berkehidupan masyarakat. Sudah banyak yang membuktikan bahwa ada mahasiswa yang kurang bersinar dalam perkuliahan dalam bermasayarakat patut diacungi jempol maka setelah selesai kuliah aku lebih banyak dibutuhkan oleh masayarakat.
Tetapi saat ini ketanyataan hidup tidak semudah membalik telapak tangan aku pengen menjadi mahasiswa perantau yang bisa membuatku orangtuaku, keluargaku,dan teman-teman saat aku pulang membawa selembar kertas yang bertulisan sarjana pendindikan,semuanya belum bisa kucapai.teman-temanku yang sama-sama satu prody bahkan angkatan XI tahun 2014/2015 kini sudah menyusun proposal, skripsi dan tinggal tunggu wisudah , sedangkan aku belum . aku kini mulai mengulang kembali di semester 6 bersama dengan adik-adik tingkatku dan mulai berjuang bersama mereka, memang waktu aku bersama mereka aku meresa malu karena aku megulang di semester bawa tapi itu karena buhkan aku malas kuliah, dan belajar tapi faktor ekonomi yaitu uang untuk membinyayai perkulihanku, itu lah penyebabnya aku harus bersama lagi dengan adik-adik tingkatku lagi.
Jauh sebelum hari ini aku mersa bahwa kegagalan adalah sesuatu yang perlu dicoba, tetapi waktu aku mengingkannya aku tidak mendapatkanya sebaliknya saataku menginginkannya, kembali datang, ibarat gebetan yang dating menyatakan cinta ada saat presepsi pernikahan kita. Tidak tepat dan tidak diinginkan lagi. Ada waktu dimana aku rasa malas sekali melakukan sesuatu jangankan untuk mengulangi untuk melakukan pekerjaan, maupun kuliah, dan lainya saja sangat berat.
Aku kira sikron baru yang membuat badanku tidak bisa berjalan meski tidak lumpu, mata tidak ingin lihat meski mampu, mendengar tapi tidak merasakan. Rasanya tidak ada rasa setelah kegagalan datang ungkapan motivasi mengenai kegagalan tidak lagi dampak bagi tubuh itu seakan mati rasa, tak berdaya tidak ingin melakukan sesuatau yangn sudah gagal.
Akhirnya aku terjebak dalam kondisi tubuh tidak mau diperintah otak, pada akhirnya menjadi malas untuk melakukan segalah hal, rasanya aku baru sadar saat ini betapa beratnya saat gagal,mungkin ini juga hukuman bagi diri ini karana sombong menentang Tuhan, atau mungkin ini cara Tuhan untuk membuatku mengubah ini bukan kelemahan.
Entalah terkadang waktu untuk gagal dirasa tidak tepat, tetapi kegagalan bukan sebuah pilihan, seperti kita memilih pertanyaan apakah benar atau salah tetepi ini seni mempertahankan diri , bagi mereka yang memiliki pertahanan yang kokoh akan bangkit dan menjadikan pelajaran atas semua yang telah didapat setidaknya dapat mengevaluasi dimana kesalahan aku dan memperbaikinya dimasa mendatang
Pada akhirnya kisah hidup saja tidak ada lagi rasa dimana tubuh ini berapi-api untuk mencapai tujuan.kemna harus aku mencari semua semangat yang dulu perna ada, tubuku tak berdaya, semua panca indra ku tidak mau lagi bekerja.
Aku seperti zombie yang tidak tahu apakah harus apa, dan ingin seperti apa bahkan untuk mengingatkan apa yang perna dilakukan sudah malas, saat ini ingin menyerah dan mencoba hal lain meninggalkan hal lain meninggalkan semua itu mulai usaha baru. Membutukan pengetahuan yang mungkin tidak sebentar.
Sementara usiaku makin hari makin menua,kesempatan untuk belajar lagi ilmu baru dan mencoba merintis baru menjadi pertimbangan apakah aku mampu melakukan hal itu dengan semua waktu. Hari demi hari aku terus berada dikamar tidurku hanya berteman dengan gadget berisi gemes untuk menghabiskan waktu.
Kuingin saat bangun pagi, kemudian saat aku melihat jendelah rumahku hari telah kembali gelap, tidak ada yang aku lakukan, semua itu terus berganti menjadi bulan dan terasa hampir setahun hal yang sama tidak melakukan perkulihan.
Bahkan itu tidak mungkin lagi dilakukan lagi karena kegagalan memang benar engkau bukan pilihan,aku harus mencoba menerima tetapi engkau telah meranggut semuanya dariku, semangatku,tujuanku,rasa optimisku, hilang ketika engkau datang. Aku tidak perna tahu kapan engkau datang kau akan pergi dariku,semenjak kegagalan itu aku merasa tidak berdaya tidak punya tenaga semua terasa sangat malas untuk dilakukan wahai senja jika kau bisa berbicara kepadaku mungkin diri ini sudah melewatkan kehadiranmu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan tanpa bertindak apapapun.keinginan mengulangi usaha itu memang ada, tetapi semua tidak seperti dulu saat aku memulai banyak dukungan biaya tenaga,dan semangatku,semuanya berakhir. Keluargaku yang menggantungkan harapan masa depan padaku. Aku tidak bisa melihat keluargaku cuman melihat foto mereka akupun sedih dan meneteskan air mata dan rasanya aku tidak mampu menjelaskan tentang apa yang sedang aku rasa, semua itu terasa berdiri di atas semuanya. tetapi sekali lagi aku rasanya tidak mampu untuk bangkit, memang seperti keluarga, teman-temanku, bahkan orangtuaku, menyatakan tidak ada yang lebih berarti dari semua yang ada didunia ini adalah kebahagianmu, kami rela menerima semua deritamu jika memang bisa kami terima, hanya satu yang kami ingin lihat darimu senyumu yang ingin kami lihat lagi darimu, yang telah hilang lama, ketahuilah meski kau tidak berhasil kami tetap mendukungmu setiap keputusan yang akan aku lalui
Kata-kata itu yang sering aku dengar orang-orang tercinta, mereka menginginkan senyum diwajahku yang perna ada seperti dulu lagi, sementara aku juga mengharapkan hal sama melihat senyum mereka tetap ada. Aku melihat mereka bersedih dan aku memutuskan untuk mencoba bangkit dan memulai hal yang telah gagal. Tetepi aku tidak tau caranya, bagaimna yang ku ingat cuman satu, mungkin bangkit dari kegagalan membutukan satu alasan, sekarang sudah cukup rasanya aku tidak ingin mereka sedih karena bagiku tidak ada kegagalan terbesar selain membuat orang yang aku cintai bersedih. Satu alasan itu mungkin tidak akan sepenunya membuatku menjadi seperti dulu lagi.
Tetapi setidaknya itu menjadi ‘’satu alasan mengapa aku harus bangkit’’ , kegagalan tidak akan perna pergi jika aku tidak memutuskan untuk mengusirnya, disisa-sisa waktuku, biaya, dan tenaga yang telah dicuri oleh sang pencuri yaitu ‘’kegagalan’’ aku mencoba bangkit. Satu alasan itu berupa senyum ku adalah senyum orang-orang yang menyanyangiku, sedihku juga kesedihan mereka.(JTS)